I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sesuai
dengan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia BAB 2
pasal 4, dinyatakan bahwa Kedaulatan Republik Indonesia di perairan Indonesia
meliputi laut teritorial, perairan
kepulauan dan perairan pendalaman serta ruang udara di atas laut territorial, dan perairan pendalaman
serta dasar laut tanah dibawahnya termasuk sumber kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya. Dalam
pernyataan tersebut bisa di ketahui Indonesia memiliki wilayah perairan yang
cukup luas, dan Indonesia mempunyai julukan Negara maritim yang merupakan
Negara yang didominasi oleh wilayah perairan dari pada daratan. Oleh karena itu perlu
adanya pengelolaan atau pemanfaatan yang lebih maksimal di dalamnya.Khususnya
unntuk wilayah laut yang memiliki banyak sekali sumberdaya di dalamnya untuk
mensejahterakan umat manusia.
Salah satu bentuk lain manfaat adanya perairan
adalah perkembangan berbagai ilmu, salah satunya cabang ilmu pengetahuan Oceanografi. Dalam
bukunya Pengantar Oseanograi (Hutabarat, 1985) Oseanografi merupakan suatu ilmu
yang mempelajari lautan. Pada dasarnya ilmu ini bukanlah ilmu yang murni , akan
tetapi merupakan keterpaduan dari berbagai macam ilmu dasar. Ilmu-ilmu dasar
tersebut antara lain ialah ilmu tanah (geology)
,ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology),
dan ilmu iklim (meteorology).
Namun ilmu oseanografi biasanya hanya di
bagi menjadi empat cabang ilmu saja.
Laut mempunyai banyak sekali potensi di dalamnya. Seperti halnya daratan,
laut merupakan habitat atau tempat hidup bagi berbagai macam biota, yakni
tumbuh-tumbuhan, hewan dan organisme hidup lainya. Biota laut menghuni
hampir seluruh bagian laut mulai dari kawasan pesisir pantai, dari permukaan
pantai sampai kedalaman laut atau dasar laut yang teluk sekalipun. Adanya biota laut ini
memberikan daya tarik tersendiri terhadap manusia, bukan hanya karena misteri
kehidupan dasar laut yang belum terungkap, tetapi juga karena peranannya yang
sangat penting bagi seluruh mahkluk hidup dalam berbagai aspeknya. Pemanfaatan
biota laut maupun berbagai macam yang ada di laut semakin hari semakin
meningkat, disamping itu juga ilmu pengetahuan
juga berkembang khususnya ilmu yang mempelajari laut (Romimuhtarto dan
Juwana, 2009).
Oleh karena itu, Oseanografi adalah salah satu
cabang ilmu yang sangat berperan penting dalam pemberdayaan perairan pada laut
khususnya. Ilmu ini sebelumnya merupakan gabungan dari berbagai macam ilmu yang
saling berkaitan dan menjadi satu kesatuan yang banyak dibicarakan.
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum oceanografi ini adalah agar
praktikan dapat mengkaji perilaku cahaya dilautan dengan
sifat optis air, mengukur suhu air laut, gelombang, pasang surut air laut,
arus, salinitas, pH, dan oksigen terlarut (DO).
Sedangkan tujuan dari praktikum Oceanografi ini
adalah praktikum mampu mengaplikasikan dan menjelaskan perilaku cahaya dilautan
dengan sifat optis air, mengukur suhu air laut, gelombang, pasang surut air
laut, arus, salinitas, pH dan oksigen terlarut (DO).
1.3
Waktu dan Tempat
Praktikum ocenografi ini dilaksanakan pada hari
Minggu, tanggal 14 April 2013, pukul 09.00-selesai. Tempat Praktikum oceanografi ini adalah di Pelabuhan
Perikanan Pantai Kota Probolinggo Propinsi Jawa Timur.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Perairan Laut
Laut
adalah seluruh serangkaian air asin dalam jumlah yang banyak menggenangi permukaan bumi dan membagi
daratan atas benua atau pulau. Definisi hanya bersifat fisik saja. Sedangkan laut menurut
definisi hukum adalah keseluruhan air laut yang berhubungan secara bebas
diseluruh permukaan bumi (Mukhtashor, 2007).
Lautan mengandung sumber- sumber mineral
yang jumlahnya berlimpah-limpah.
Air
laut sendiri banyak mengandung zat-zat terlarut di dalamnya yang merupakan
sumber dari beberapa zat kimia penting dan salah satu sumber pertama kali
dikelola oleh manusia. Laut juga kaya akan deposit mineralnya yang beberapa di
antaranya terdapat di perairan dangkal dan berbatasan dengan daratan
(Hutabaratdan Evans, 1984).
Ekosistem
laut dapat dipandang dari dimensi horizontal dan vertikal. Secara horizontal laut
dapat dibagi menjadi dua yaitu laut pesisir (zona neritik) dan laut lepas (zona
oseanik). Pembagian wilayah laut secara vertikal dilakukan berdasarkan
intensitas cahaya matahari yang memasuki kolom perairan zona fotik dan zona
afotik (Dahuri, et.al.,1996).
2.2 Parameter Fisika
2.2.1
Suhu
Suhu
merupakan salah satu unsur iklim yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan organisme di permukaan.
Setiap jenis organisme mempunyai kebutuhan suhu yang berbeda-beda menurut jenis
dan tersedia kehidupannya. Batas kehidupan
suhu tersebut adalah dikenal dikenal dengan suhu cardinal, yaitu kisaran suhu yang diperlukan oleh setiap
oragnisme untuk mampu bertahan hidup (Ariffin,
2003).
Suhu
di laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di
lautan, karena suhu mempengaruhi aktifitas metabolisme maupun perkembangbiakan
dari organisme tersebut.
Lautan
dan daratan keduanya dipanasi oleh sinar matahari melalui proses yang dinamakan
insolation.
Pengaruh pemanasan ini tidaklah sama tergantung pada
lintang masing-masing daerah (Hutabaratdan Evans,1984).
Suhu
dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota laut. Suhu air hangat
berkaitan dengan konsentrasi oksigen dalam air dan laju konsumsi oksigen hewan
air. Suhu air berbanding terbalik dengan konsentrasi oksigen terlarut dan
berbanding lurus dengan laju konsumsi oksigen hewan air air serta laju reaksi
kimia dalam air (Priatna,
2004).
2.2.2 Kecepatan Arus
Arus merupakan gerakan
air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. Gerakan air di
permukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup di atasnya.
Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan arus adalah bentuk topografi dasar
lautan dan gaya corriolis serta arus Ekman (Hutabaratdan Evans, 1984).
Pergerakan massa air
atau dikenal dengan arus merupakan fenomena yang sangat kompleks. Hal ini
berkaitan dengan besarnya variasi dari faktor-faktor pengontrol terjadinya arus
di perairan. Namun
demikian pemahaman tentang arus di perairan adalah yang sangat penting dalam
kaitannya dengan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan (Rampengan, 2009).
Arus mempunyai pengaruh
positif dan negatif bagi kehidupan biota perairan.Arus dapat menyebabkan ausnya
jaringan jasad hidup akibat pengikisan atau teraduknya subtrat dasar berlumpur
akibat kekeruhan sehingga terhambatnya fotosintesis. Pada saat yang lain
manfaat dari arus dalam menyuplai makanan, oksigen yang terlarut, populasi plankton dan
reduksi CO2
maupun sisa-sisa produk organisme laut (Romimohtarto dan Juwana, 1999).
2.2.3 Kecerahan
Kecerahan
merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan
menggunakan secchidisk. Pada laut yang
bergelombang cahaya matahari sebagian dipantulkan dan dihamburkan. Cahaya yang
mencapai permukaan bumi dan permukaan perairan terdiri atas cahaya yang
langsung (direct) berasal dari
matahari dan cahaya yang disebarkan (diffuse)
oleh awan yang sebenarnya juga berasal dari sinar matahari (Effendi, 2003).
Bila cahaya
yang sampai di permukaan air sebagian akan dipantulkan, besarnya bagian yang dipantulkan tergantung
pada besarnya sudut antara berkas cahaya yang datang dengan permukaan air.
Semakin kecil sudut semakin banyak cahaya yang dipantulkan dan sebaliknya. Ketika sudut mendekati 900 (yaitu tegak lurus
semakin kecil cahaya yang dipantulkan). Jalah yang dilihat dari sudut produktifitas fitoplankton ternyata
penetrasi maksimumlah yang paling dikehendaki (Nybakker, 1988).
Radiasi cahaya
matahari yang dipenetrasikan ke dalam perairan akan mempengaruhi perubahan tanaman
hijau yang hanya dibatasi pada kedalaman antara 15 samapai 40 meter. Penyinaran
cahaya matahari akan berkurang semakin dengan cepat sesuai tingginya kedalaman
perairan (Hutabarat dan Evans, 1984).
2.2.4 Pasang Surut
Pasang surut adalah proses naik turunnya paras laut secara berkala yang
ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda luar angkasa terhadap massa
air di bumi. Pasang surut terutama disebabkan oleh gaya tarik menarik antara
bumi dan bulan. Selain gaya tarik benda langit, pasang surut juga dipengaruhi
oleh teluk, puncak gelombang dan arus angin (Nurjaya,2005).
Air pada bagian ujung pantai yang berbatasan langsung dengan lautan tidak
pernah diam pada suatu ketinggian yang tetap.Tetapi mereka ini selalu bergerak
naik dan turun sesuai dengan siklus pasang.Permukaan air laut perlahan-lahan
naik sampai pada ketiggian maksimal disebut pasang tertinggi sedangkan
permukaan air yang bergerak turun dari suatu ketinggian minimum disebut pasang
rendah (Hutabarat dan Evans, 1985).
Pasang surut terjadi karena interaksi antara gaya gravitasi matahari dan
bulan terhadap bumi serta gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh rotasi bumi
dan sistem bumi. Gaya gravitasi bulan terhadap bumi dua kali lipat dibandingkan
dengan matahri tehadap bumi walaupun massa matahari jauh lebih besar dari pada
massa bulan. Ini disebabkan jarak antara matahari dan bumi relative sangat jauh
dibandigkan dengan jarak bulan dan bumi.
2.2.5 Gelombang
Gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa
heni-hentinya pada lapisan permukaan laut, jarang dalam keadaan sama sekali
diam. Hembusan angin sepoy-sepoy pada cuaca yang tenang sudah dapat menimbulkan
riak gelombang. Gelombang biasanya terjadi dipermukaan perairan.Susunan
gelombang baik bentuk dan macamnya sangat bervariasi sehingga mengakibatkan
mereka tidak dapat diuraikan secara jelas. (Hutabarat dan Evans, 1985)
Menurut Nybakker (1989), gelombang dicirikan dengan panjang
gelombang yang merupakan jarak horizontal antara puncak dua gelombang yang
berurutan sedangkan periode suatu gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh
dua puncak gelombang yang berurutan melalui satu titik yang sama. Selain oleh
angin gelombang dapat juga ditimbulka
oleh gempa bumi, letusan gunung merapi, dan tanah longsor bawah air.
Menurut Sumolano (2012) dalam artikelnya menyatakan bahwa
gelombang yang merambat mendekati pantai akan berusaha tegak lurus terhadap
garis dasar laut dekat pantai, tetapi belum tentu gelombang dating akan tegak
lurus terhadap gais pantai. Ini disebabkan karena garis batimetri tidak selalu
sejajar dengan gais pantai. Apabila garis batimetri sejajar dengan garis
pantai, maka gelombang dating akan tegak lurus terhadap pantai. Sedangkan garis
batimetri tidak sejajar dengan garis pantai, maka gelombang datang akan
membentuk sudut terhadap garis pantai.
2.3
Parameter Kimia
2.3.1 pH
pH
adalah kepekatan ion-ion yang merupakan kadar konsentrasi ion hydrogen yang
terlarut ke dalam perairan, konstanta derajat keasaman 7,6-8,3. Penyangga
merupakan hasil dari keseimbangan dari karbondioksida, asam karbonat dan
kesetimbangan bikarbonat-karbon yang halus dan efek penyangga dari
pertikel-partikel tanah liat yang halus, asamborat pada nilai pH ang lebih
tinggi pengendapan kalsium maupun kalsium karbonat dimudahkan (Zottoliet all, 1983).
Menurut Kardi (2005), derajat keasaman (pH) air
menunjukan aktifitas ion-ion yang merupakan kadar ion hidrogen di dalam
perairan yang dinyatakan sebagai konsentras ion hydrogen (mol/liter) pada suhu
tertentu dapat di tulis pH= -1 g (H)+, air mempengarui tingkat
kesuburan perairan karena mempengarui kehidupan jasat renik. Ketika perairan
asam akan membunuh organism, karena pada saat pH terlalu asam kadar oksigen
terlarut berkurang dan mempengaruhi proses metabolisme yang berakibat pada
berkurangnya selera makan.
Menurut riyadi (2005), air laut mempunyai kemampuan
menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Sedikit saja pH
megalami perubahan dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya system
penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2
yang dapat membahayakan kehidupan biota laut.pH air laut permukaan di
Indonesia umumnya bervariasi dari 6,0-8,5.
2.3.2
Salinitas
Ciri
paling mencolok yang dari laut yang di ketahui oleh semua orang adalah rasanya
yang asin.Ini disebabkan karena di dalam air laut terlarut Natrium Klorida
(NaCl) atau garam dapur.Garam dapur banyak di peoduksi di wilayah Madura dan
daerah lainya di peroleh dengan menguapkan air laut hingga diperoleh
krista-kristal garam. Selain garam tersebut mamsih banyak lagi berbagai macam
garam yang terlarut antara lain: garam magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya.
Yang di maksudkan salinitas dalam oseangrafi merupakan jumlah besar semua garam
yang terlarut dalam 1 liter air di nyatakan dalam satuan o/oo
(Nontji, 2002)
Sifat osmosis dari air laut berasal dari
keseluruhan jumlah garam-garaman yang larut. Hal ini umumnya dinyatakan
menurut ekuivalen natrium klorida atau kadar garam (salinitas) banyak natrium
klorida yang kiranya di berikan pada air suling, sifat osmosisnya yang sama
(Zottoliet et all, 1983)
Sebaran salinitas di laut di pengaruhi
oleh berbagai faktor seperti pola sikulasi air,
penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Peraian dengan tingkat curah
hujan tinggi dan dipengaruhi oleh aliran sungai memiliki salinitas yag rendah,
sedangkan perairan yang memiliki penguapan yang tinggi, salinitas perairanya
tinggi (Riyadi, 2005)
2.3.3
DO
Kadar oksigen terlarut dalam perairan
merupakan faktor kritis bagi kelangsungan hidup ikan. Kebanyakan ikan memerlukan
konsentrasi oksigen berkisar 5 mg/l (setara ppm). Kandungan oksigen juga akan
turun bila populasi ikan tinggi. Selain itu, peristiwa-peristiwa alam seperti surutnya
musim plankton, karena semua ikan mempengarui keperluan biologis akan oksigen
untuk memenuhi kebutuhan tubuh ikan (Handajani
et all, 2002).
Menurut Effendi (2003), oksigen terlarut
adalahjumlah oksigen dalam milligram yang terdapat dalam 1 liter air (ppt).
oksigen masuk ke dalam perairan dengan cara difusi air hujan, aktifitas
fotosintesis tumbuhan air dan fitoplankton, terjadinya pergolakan massa air
akibat adanya gelembung ombak dan air terjun. Oksigen yang masuk dapat
mengalami turbulensi di permukaan hingga dasar perairan.
Oksigen terlarut pada dasanya diperlukan
oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses metabolisme dalam tubuh.
Beberapa bakteria maupun beberapa binatang dapat hidup tanpa oksigen (anaerob)
sama sekali, yang lainya dapat hidup dalam keadan anaerob akan tetapihanya
sebentar dan itu memerlukan oksigen yang banyak sesekali (Riyadi, 2005).
III.
METODOLOGI
3.1 Alat dan Fungsi
3.1.1
Parameter Fisika
·
Suhu
-
Termometer
Hg :untuk mengukur suhu perairan
·
Kecerahan
-
Secchi disk :untuk
mengukur kecerahan suatu perairan
-
Tongkat berskala 2
meter : untuk mengukur gelombang (nilai D₁
dan D₂)
·
Gelombang
-
Tongkat
berskala 2 m eter : untuk mengukur
gelombang yang datang
-
Stopwatch
: untuk mengukur waktu atau lamanya gelombang yang datang
·
Pasang
Surut
-
Tide staff :untuk
mengukur pergerakan pasang surut
·
Kecepatan
Arus
-
Botol bekas air mineral
:sebagai pelampung dan pemberat (600 ml) 2 buah
-
Tali
raffia : untuk menghubungkan botol plastik
-
Stopwatch
:untuk mengukur lama kecepatan arus
3.1.2 Parameter Kimia
·
Salinitas
-
Washing bottle
:bersihkan aquades untuk menetralisasi alat-alat
-
Refraktometer :untuk mengukur salinitas perairan
-
Pippet tetes :untuk
mengambil larutan dalam jumlah kecil
·
DO
(Dissolved Oxygen)
-
Statif :untuk menyangga bioret
-
Water sampler :untuk mengukur salinitas perairan
-
Buret :untuk tempat
larutan titian unutk titrasi
-
Botol DO :untuk
mengambil air sample dari perairan untuk mengukur DO
-
Pipet tetes :untuk
mengambil larutan dalam jumlah kecil
-
Corong :memindahkan
larutan kemulut botol yang kecil
·
pH
-
Botol bekas 600ml :untuk
tempat sample air laut
-
Kotak standart pH :untuk
mencocokan atau mengukur perubahan warna
pada pH paper
-
Pipet volume :untuk
memindahkan larutan pada volume tertentu dengan tepat
3.2 Bahan dan Fungsi
3.2.1 Parameter Fisika
·
Suhu
-
Air
laut :sebagai objek pengukuran
suhu suatu perairan
·
Kecepatan
Arus
-
Air laut :objek pengamatan
·
Kecerahan
-
Air laut :objek yang
diamati
-
Karet
gelang:sebagai tanda jarak kedalaman D1 dan D2
·
Gelombang
-
Air laut :objek pengukuran gelombang
·
Pasang
Surut
-
Air laut :objek pengukuran pasang surut
3.2.2
Parameter
Kimia
·
pH
-
Air laut :objek pengukuran air laut
·
Salinitas
-
Tissue : untuk membersihkan kaca refraktometer secara
searah
-
Air laut :objek yang akan diukur
salinitasnya
-
Aquades :sebagai
kalibrasi refraktometer
·
DO
-
MnSO4 :
untuk mengikat O2 dalam larutan
-
NaOH + Kl :untuk
pengkondisian suasana asam dan melarutkan endapan coklat. Atau melepas I2
-
Amilum
: indikator suasana basa dan indikator warna ungu
-
Na2S2O3
:sebagai titran untuk mengikat I2 dengan membentuk 2Nal
-
Air
sampel :sebagai bahan yang akan diukur oksigen terlarutnya
3.3 Skema Kerja
3.3.1 Parameter Fisika
a.
Suhu
Hasil
|
Thermometer Hg
|
Dipegang tali pada
thermometer Hg
Dimasukkan dalam perairan dengan posisi membelakangi
matahari
Ditunggu 2-3 menit
sampai air raksa menunjukkan skala tertentu
Skala
dibaca ketika thermometer di dalam air
b.
Kecepatan Arus
2
buah botol bekas air mineral 600 ml
|
Hasil
|
Diikat dengan tali rafia
,yang bagian bawah diisi air lautsebagai pemberatdan satunya dibiarkan kosong
sebagai pelampung
Dilepas
ke perairan yang berarus(nyalakanstopwatch)
Tunggu
sampai tali merenggang sempurna
Dicatat
waktunya (t) pada saat tali sudah merenggang
Dihitung
kecepatan arusnya dengan rumus V=
c.
Kecerahan
Secchi
disk
|
Hasil
|
Dimasukkan kedalam perairan secara
perlahan – lahan hingga batas tidak tampak pertama kali, diberi tanda dengan
karet gelang,
Dicatat
kedalamannya sebagai D1,
Diturunkan lebih dalam
lagi hingga benar - benar tidak tampak,
Ditarik pelan – pelan
sampai batas nampak pertama kali, ditandai dengan karet gelang,
Dicatat
kedalaman sebagai D2,
Dihitung
kecerahannya dengan rumus
d.
Pasang Surut
Tide Staff
|
Hasil
|
Dilihat
tinggi permukaan air sebagai T0 (cm)
Dilihat
tinggi permukaan air setelah 6 jam sebagai t1(cm)
Hasil
pengamatan dicatat
Dihitung kecepatan
pasang surut dengan rumus
e.
Gelombang
·
Tinggi
gelombang
Hasil
|
Tongkat
Skala 2 m
|
Ditancapkan
atau ditegakkan dalam perairan
Diukur
tinggi gelombang dan dilihat secara lansung
Diulang
pengukurannya sebanyak 3 kali
Dicatat
dan dirata-rata
·
Periode
Gelombang
Hasil
|
Tongkat Skala
|
Ditancapkan atau ditegakkan dalam
perairan,
Dihitung lamanya waktu
(dengan stopwatch) yang diperlukan antara puncak gelombang I dengan puncak
gelombang II untuk melewati tongkat skala tersebut,
Dilakukan
pengukuran sebanyak 3 kali,
Diamati dan dicatat
3.3.2
Parameter Kimia
a.
PH paper
|
Hasil
|
Dimasukkan
kedalam sampel air (air laut)
Dikibas
– kibaskan sampai setengah kering
Dicocokkan
perubahan warnanya dengan kotak standart
Diamati
dan dicatat nilai pH yang didapat
b.
Salinitas
·
Refraktometer
Refraktometer
|
Hasil
|
Dibersihkan
membran refraktometer dengan aquades
Keringkan
membrannya dengan tissue kering
Ambil
air laut dengan menggunakan pipet tetes
Diteteskan
1 – 2 tetes pada membran refraktometer
Ditutup
penutup membrannya
Diarahkan
refraktometer menuju sumber cahaya
Dibaca
langsung nilai salinitas pada lensa refraktometer
Diamati
dan dicatat nilai yang muncul
·
Salinometer
Salinometer
|
Hasil
|
Dilakukan kalibrasi menggunakan aquades
Bersihkan
dengan tissue
Sampel
air diambil menggunakan pipet tetes
Diteteskan
2-4 tetes ke salinometer
Ditekan
tombol “On” hingga muncul AAA, tekan tombol zero, lau tombol start
Dibaca
dan dicatat nilai pada salinometer
c.
DO
(Dissolved Oksigen)
·
Pengambilan
Sampel
Botol DO kosong
|
Botol DO berisi sampel air
|
Dimasukkan
kedalam water sampler dalam kondisi tutup terbuka, water sampler ditutup
Water sampler dimasukkan kedalam
perairan
Ditunggu
hingga terdengar bunyi “bulp” dari selang yang sudah tidak disumbat
Diangkat water sampler lalu dibuka
tutupnya
Tutuplah
botol DO secara perlahan
Keluarkan
botol DO dari water sampler
·
Pengukuran
Kadar DO
Hasil
|
Botol DO berisi sampel air
|
Buka tutup botol DO secara perlahan
Ditetesi 2 ml MnSO4
dan 2 ml NaOH+KI
Dihomogenkan hingga terjadi endapan
cokelat
Air bening diatas endapan dibuang
Ditetesi
2 ml H2SO4
Dikocok
atau dihomogenkan sampai endapan larut
Ditetesi
amylum sebanyak 4 tetes
Dititrasi dengan
Na2S2O3 0,025 N sampai berubah warnabening pertama kali
Dihitung
dengan menggunakan rumus,
DO(mmg/l
=
IV.
Hasil
dan Pembahasan
4.1
Data Hasil Pengamatan
Pada
praktiku Oseanografi yang dilaksanakan di Pelabuhan Mayangan Probolinggo pada
tangal 14 April 2013 yang dilakukan kelompok 17 didapatkan hasil pengamatan
sebagai berikut:
No.
|
Parameter
|
Hasil Pengamatan
|
|
1
|
Kecepatan
Arus (m/s)
|
0,08
|
|
2
|
Kecerahan
(cm)
|
345,84
|
|
3
|
Suhu
(°C)
|
30,67
|
|
4
|
Salinitas
(ppt)
|
33
|
|
5
|
pH
|
7,8
|
|
6
|
Gelombang
|
Tinggi
(cm)
|
12
|
Periode
(s)
|
1,46
|
||
7
|
Pasang
Surut (cm/jam)
|
10,78
|
|
8
|
DO
(mg/L)
|
6,82
|
4.2
Analisa Prosedur
4.2.1
Parameter Fisika
a)
Suhu
Pada praktikum pengukuran suhu, yang
dilakukan pertama kali adalah persiapan alat yaitu Thermometer Hg. Thermometer
Hg dicelupkan langsung ke perairan, dibiarkan beberapa saat + 3 menit,
kemudian diangkat dan dibaca nilai suhu pada skala Thermometer sebelum
terpengaruh oleh suhu udara. Akan lebih baik apabila dapat melakukan pembacaan
skala pada saat Thermometer masih diperairan.Hal yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran suhu adalah membelakangi arah sinar matahari, dan badan termometer
tidak tersentik oleh tangan pengamat.Maka dari itu Thermometer Hg perlu diikat
dengan tali agar tidak tersentuh.
b)
Kecepatan Arus
Pada praktikum pengukuran kecepatan
arus alat-alat yang digunakan adalah tali rafia, botol bekas air mineral
(600ml) 2 buah, stopwacth, dan kompas. Kemudian satu botol bekas air mineral
diisi dengan air lokas dan dihubungkan dengan tali raffia sepanjang 30 cm dan
diikatkan lagi pada tali raffia sepanjang 5 meter. Botol bekas air mineral
berisi air lokal berfungsi sebagai pemberat yang melayang pada perairan,
sedangkan botol yang kosong berfungsi sebagai pelampung. Kemudian kedua botol
tersebut dihanyutkan mengikuti arus.Waktu yang diperlukan mulai botol
dihanyutkan sampai tali merenggang di hitung menggunakan stopwacth. Kecepatan
arus dititung dengan rumus v=s/t. Dimana (v) sebagai kecepatan arus, (s)
sebagai panjang tali, (t) waktu tempuh. Keudian hasil perhitungan dicatat dalam
satuan meter per detik (m/s).
c)
Kecerahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
pengukuran kecerahan adalah secchi disk, karet gelang, dan tongkat
skala.Langkahh pertama adalah secchi disk diturunkan perlahan-lahan hingga
batas pertama kali tidak tampak, kedalaman tali pada secchi disk ditandai
dengan karet gelang kemudian diukur panjang tali dan dicatat sebagai D1.Secchi
disk diturunkan kembali hingga benar-benar tidak tampak.Kemudian ditarik
perlahan-lahan hingga pertama kali tampak, panjang tali ditandai dengan karet
gelang, dan diukur kedalaman serta dicatat sebagai D2.Kecerahan dari
perairan tersebut adalah rata-rata dari hasil pengukuran D1 dan D2.
Dihitung dengan rumus D=
.
d)
Pasang Surut
Alat yang digunakan dalam pengukuran
pasang surut adalah tide staff. Tide staff dipasang ditancapkan di daerah
pasang surut yang masih terendam air pada saat surut terendah. Tinggi pemukaan
air pada tide staff dicatat sebagai tinggi permukaan air laut awal t0 (cm).
Setelah 2 jam, tinggi tide staff dicatat
sebagai inggi permukaan air t1 (cm). Kemudian dihitung selisih
ketinggian antara t1 dan t2. Keccepatan pasang surut
dihitung sebagai hasil bagi lama waktu pengamatan terhadap selisih ketinggian
air (cm/jam).
e)
Gelombang
Ø Tinggi
Gelombang
Pada praktikum
pengukuran tinggi gelombang alat yang digunakan adalah tongkat
berskala.Mula-mula tongkat skala ditancapkan pada perairan laut secara
tegak.Tinggi gelombang diamati secara langsung dengan mata.Tinggi gelombang
diukur sebagai perbedaan atau selisih ketinggian antara puncak gelombang dengan
lembah gelombang.Pengamatan dilakukan 3 kali untuk mendapatkan hasil yang
akurat.
Ø Periode
Gelombang
Untuk
mengukur periode gelombang juga menggunakan tongkat berskala dan
stopwatch.Tongkat skala ditegakkan atau ditancapkan para perairan laut. Periode
gelombang adalah selang waktu yang diperlukan 2 puncak atau 2 lembah gelombang
melewati 1 titik yang sama. Pengukuran waktu menggunakan stopwatch.Pengukuran
dilakukan 3 kali supaya pengukuran lebih akurat.
4.2.2 Parameter Kimia
a) Derajat Keasaman
(pH)
Ada
dua cara dalam mengukur pH perairan, yaitu secara manual dan dengan bantuan
alat digital. Alat dan bahan pengukuran manual adalah sampel air laut, pH
paper, dan kotah pH standart.Langkah pertama adalah pH paper dimasukkan ke
dalam air sampel.Kemudian diangkat dan di angin-anginkan hingga setengah
kering.Perubahan warna pada pH paper dicocokkan dengan warna pada kotak pH
standart.Nilai pH dapat terlihat pada kotak pH standat.
Sedangkan alat digital yang
digunakan adalah pH meter. Mula-mula pH meter dikalibrasi menggunakan akuades
supaya netral. Kemudian tekan tombol “power”, dan tekan tombol “zero” untuk
memposisikan nilai pada nol. pH meter dicelupkan pada sampel air laut. Kemudian
tekan tombol “start” sampai muncul angka pH dari sampel yang diuji.
b) Salinitas
Pada
pengukuran salinitas alat yang digunakan adalah Salinometer.Mula-mula Salinometer
dikalibrasi menggunakan akuades supaya netral. Kemudian tekan tombol “power”,
dan tekan tombol “zero” untuk memposisikan nilai pada nol. Sampel air laut
diteteskan pada alat sensor Salinometer. Kemudian tekan tombol “start” sampai
muncul angka salinitas dari sampel yang diuji.
c) Oksigen terlarut
(DO)
Alat
yang digunakan dalam pengukuran oksigen terlarut adalah water sampler, botol
DO, buret, corong, pipet tetes, pipet volume, dan statif. Pertama-tama diukur
dan dicatat botol DO yang digunakan. Masukkan botol DO kedalam water sampler
dan masukkan ke dalam perairan sesuai dengan kedalaman yang diinginkan yaitu
setengan dari kecerahan. Setelah mendapat sampel air pada botol DO, tambahkan 2
ml MnSO4 dan 2 ml NaOH+KI ke dalam botol DO untuk mengikat oksigen.
Dibolak-balik sampai larutan homogan dan diendapkan. Buang air yang bening pada
botol DO. Karena air bening diindikasikan tidak mengandung oksigen.Untuk
melarutkan endapan ditambahkan 2 ml H2SO4, kemudian
dikocok sampai larut.Tambahkan 4 tetes amylum sebagai indikator warna
ungu.Kemudian larutan dititrasi menggunakan Na2S2O3
0,025N sampai larutan menjadi bening (tidak bewarna).Catat volume titran yang
digunakan. Kemudian hitung kadar oksigen dengan rumus dibawah ini.
Oksigen
terlarut = Volume (titran) x N (titran) x 8 x 1000
Volume (sampel) - 4
4.3
Analisis Hasil
4.3.1 Parameter Fisika
a. Suhu
Dari hasil praktikum yang telah
dilakukan di Pelabuhan Mayangan, Probolinggo suhu yang rata-rata yang
didapatkan pada saat praktikum yaitu 30,67oC.pada pengukuran
pertama, yang dilakukan pukul…….. , suhu yang didapatkan adalah 310C.
Hal ini dilakukan hingga tiga kali, pengukuran suhu yang kedua dilakukan pada
pukul…./…suhu yang didapatkan adalah 300C, dan pengukuran suhu yang
terakhir atau yang ketiga dilakukan pada pukul………dan suhu yang didapatkan
adalah 310C selisih waktu untuk setiap pengukuran suhu adalah 15
menit. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh musim, litang (latitude),
ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara,
penutupan awan dan aliran serta kedalaman perairan.Peningkatan suhu
mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi.
Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan pelarutan gas did ala air. (Effendi, 2003)
Suhu sangat mempengaruhi
aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organism di perairan. Dan
baik lautan maupun daratan keduanya dipanasi oleh sinar matahari melalui suatu
proses dinamakan insolation. (Hutabarat dan Evans, 1985).
Menurut data lapang suhu
diperairan sangat bervariasi sesuai dengan kedalaman.Massa air di permukaan di
Wilayah tropic lebih panas sepanjang tahun, yaitu 20-30oC. Sedangkan
massa air di zona beriklim lebih hangat. (Nybakker, 1988).
b. Kecepatan Arus
Kondisi arah arus pada
saat praktikum selalu berputar. Kecepatan arusnya memiliki rat-rata kecepatan
0,08 m/s yang diambil pada saat praktikum. Arah arusnya adalah dari Utara
menuju Barat (arah mata angin).Arus yang terjadi pada saat praktikum di
pelabuhan Mayangan, Probolinggo adalah arus ekman yang terjadi karena adanya
angin.Gaya coriolis yang mempengaruhi aru tersebut dan arus di pelabuhan
ternyata membuktikan bahwa arus itu bergerak dipermukaan secara vertical dan
horizontal.Arus bisa terjadi dimana saja dan membawa partikel-partikel.
Angin-angin ini
mendorong bergeraknya air dipermukaan, menghasilkan suatu gerakan horizontal
yang lamban yang mengangkut suatu volume air yang sangat besar melintasi jarak
jauh di lautan. (Nyibakker, 1988)
Arus laut permukaan merupakan
pencerminan langsung dari pola angin.Hal ini menunjukkan bahwa pola arus
permukaan dipengaruhi oleh pola angin musiman yang terjadi.Jadi arus permukaan
digerakkan oleh angin dan air dilapisan bawahnya ikut terbawa. (Romimohtarto,
2009).
c. Kecerahan
Menurut literature dan hasil
praktikum kecerahan yang dilaksanakan di Pelabuhan Mayangan, Probolinggo
tingkat kecerahan perairan disana cukup baik, karena saat dihitung menggunakan
secchi disk dan dengan rumus kecerahan rata-ratanya adalah 345,84 cm. Radiasi
matahari, kedalaman, bahan yang melayang-layang (suspend matter) dan tingginya nilai kekeruhan akan mengalami tigkat
kecerahan. Pada perairan yang dalam dan jernih preses fotosintesa hanya
terdapat sampai kedalaman sekitar 200 meter saja (Hutabarat dan Evans, 1985).
Pengaruh
ekologi dari kecerahan adalah tingginya penetrasi cahaya secara
mencolok.Sehingga hal ini meningkatkan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan
bentuk yang mengakibatkan meningkatnya produktifitas.Kecerahan air laut
ditentukan oleh kekeruhan perairan yang dibawa oleh sedimen dari aliran air
sungai. Kecerahan juga dipengaruhi oleh cuaca waktu pengukuran, padatan
tersuspensi dan kedalaman laut (Nybakker, 1988).
d. Pasang Surut
Dari hasil pengamatan saat
praktikum tentang pengukuran pasang surut laut didapatkan pada pengukuran
pertama yang dilakukan pada pukul 09.02 WIB didapatkan nilai skala tide staff
adalah 126cm. Dan pengukuran yang kedua dilakukan pada pukul 15:05 WIB
didapatkan nilai skala tide staff adalah 61cm. Setelah itu dilakukan
perhitungan dengan cara nilai skala tide staff yang pertama dilambangkan dengan
T1 = 126 cm. nilai skala tide staff yang kedua dilambangkan dengan To
= 61 cm, lalu selisih jam dari pengukuran pertama ke pengukuran ke dua
dilambangka dengan t = 6,03 jam. Dan rumus untuk menghitung pasang surut adalah
. Setekah
dihitung dengan rumus tersebut didapatkan hasilnya yaitu 10,78 cm/jam.
Dari
hasil praktikum adalah pasang surut dipengaruhi oleh kedudukan matahari, bumi,
bulan, dan pasang surut juga dipengaruhi oleh gaya tarik bulan dan matahri
terhadap massa air di bumi. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang
penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal (Nybakker, 1988).
Pasang
terutama disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara dua tenaga yang
terjadi di lautan, yang berasal dari gaya sentrifugal. Gaya tarik gravitasi
juga mempengaruhi terjadinya pasang maupun tenaga yang ditimbulkan terhadap
lautan hanya sekitar 47% (Hutabarat dan Evans, 1985).
d. Gelombang
Kondisi gelombang diperairan pada
saat praktikum adalah kecil, dimana rata-rata selisih antara puncak dengan
lembah adalah semakin dalam perairan.Semakin
besar tinggi gelombangnya. Pengukuran untuk gelombang dilakukan selama
tiga kali pengukuran, pengukuran pertama didapatkan panjang dan tinggi
gelombang adalah……. Pengukuran kedua didapatkan panjang dan tinggi gelombang
adalah……. Dan pengukuran yang ketiga atau yang terakhir didapatkan panjang dan
tinggi gelombang adalah….. Setelah semua data dikumpulkan lalu hasil dari
selisih antara panjang dan tinggi gelombang di lakukan perhitungan selisih dari
praktikum pertama, kedua dan ketiga ditambahkan lalu dibagi tiga. Dan hasil
rata-ratanya adalah……..
Faktor yang mempengaruhi pembangkit
gelombang adalah angin.Mulai dari kecepatan angin, waktu dan dimana angin
bertiup, dan jarak anatar rintangan dimana angin sedang bertiup (Hutabarat dan
Evans, 1985).
Tinggi gelombang yang
ditimbulkan oleh angin bergantung pada kekuatan angin, jarak dari sumber angin
dan lamanya angin bertiup.Semua gelombang bertingkah laku serupa.Sekali
terbentuk, gelombang bergerak keluar dan menjauhi pusat asal gelombang (Nybakker,
1988).
4.3.2 Parameter Kimia
a. pH
Setelah
dilakukan pengukuran pH di lapang didapatkan nilai pH perairan yaitu 7,8 yang
berarti perairan tersebut bersifat basa.Jadi kondisi perairan tersebut bersifat
normal karena mengandung ion H+ dan OH- yang seimbang.
Menurut keputusan Men LH No. 51 tahun 2004 tentang pedoman baku mutu air laut
untuk biota laut yang diinginkan berkisar antara 7-8,5.
b. Salinitas
Nilai
salinitas yang diperoleh dari hasil praktikum lapang adalah 33 ppt. Nilai ini
termasuk baik dan sesuai untuk perairan laut.Menurut Dahuri (2001) nilai
salinitas permukaan perairan di Indonesia rata-rata antara 32-34 ppt.
c. DO
Dari
hasil perhitungan kadar DO di lapang, didapatkan hasil 6,82 mg/l. sesuai dengan
keputusan Men. LH No.51 Tahun 2004 tentang pedoman baku mutu air laut untuk
biota laut yang diinginkan lebih dari 5 ppm. Berdasarkan hasil pengukuran DO di
perairan tersebut maka perairan tersebut mempunyai daya dukung yang baik untuk
keberlangsungan biota laut.
4.4 Manfaat di Bidang Perikanan
4.4.1 parameter fisika
a.
Suhu
Suhu merupakan faktor
yang paling penting dan berpengaruh terhadap kehidupan ikan dilaut.Karena ikan
menyukai hidup pada kisaran suhu tertent, maka suhu merupakan faktor yang
menyebabkan penyebaran ikan dilaut. Perubahan suhu dapat mempengaruhi kondisi
lingkungan perairan, seperti kelarutan gas-gas, tekanan osmose, kepadatan
(densitas), dan kecepatan suara. Adanya perubahan suhu menyebabkan ikan
bereaksi menjauhi atau mendekati. Suhu juga sangat mempengaruhi kecepatan
metabolisme didalam tubuh ikan, inilah faktor utama pentingnya suhu bagi
kehidupan ikan (Rahardjo dan Harpasis ,1983).
Suhu merupakan
parameter yang penting bagi kehidupan berbagaiorganisme laut karena dapat mempengaruhi
metabolisme maupun perkembangbiakan organisme tersebut, juga sebagai indikator
fenomena perubahan iklim.Suhu juga merupakan besaran fisika yang menyatakan
jumlah bahang yang terkandung dalam suatu benda (Karif, 2011).
Bagian penting dari
gambaran oseanografi suatu perairan laut adalah deskripsi dari penyebaran atau
distribusi spasial maupun temporal dari parameter suhu dan salinitas.Pengamatan
suhu dan salinitas ini merupakan parameter yang tak dapat ditinggalkan dalam
hampir setiap penelitian di laut. Hal ini karena berbagai aspek distribusi
parameter seperti raksi kimia dan proses biologi merupakan fungsi dari suhu,
sehingga suhu ini menjadi suatu variable yang menentukan (Nurhayati, 2006).
b.
Kecepatan arus
Sebagaimana yang telah
kamu ketahui bahwa arus bukan saja ada
dipermukaan, tetapi juga didasar laut, didaerah kutub dan didaerah khatulistiwa.
Karena arus inilah kita mengenal kehidupan yang demikian beraneka ragamnya
dilaut. Pergerakan air ini pula dapat mengontrol perairan-perairan yang kaya
dan yang miskin akan zat hara. Jika dilaut tidak ada gerakan aliran dari massa
air, kehidupan dilaut tidak akan demikian bervariasi dan tidak sebanayak yang
kita kenal sekarang ini. Oksigen yang dapat diperlukan oleh setiap makhluk
hidup tidak dapat melarut sebanyak yang
ada dewasa ini. Arus juga mempengaruhi populasi dan pergerakan plankton, dimana
plankton ialah salah satu makanan bagi ikan. Intinya arus akan mempengaruhi
arah migrasi, makanan ikan, migrasi harian dari ikan, keadaan lingkungan tempat
ikan itu hidup, dan membawa telor dari tempat bertelor ketempat daerah makanan
(Rahardjo dan Harpasis ,1983).
Pergerakan massa air atau dikenal
dengan arus merupakan fenomena yang sangat kompleks. Hal ini berkaitan dengan
besarnya variasi dari faktor-faktor pengontrol terjadinya arus di
perairan.Namun demikian, pemahaman tentang arus di perairan adalah hal yang
sangat penting dalam kaitannya dengan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaanArus
laut dapat juga terjadi akibat adanya perbedaan tekanan antara tempat yang satu
dengan tempat yang lain. Perbedaan tekanan ini terjadi sebagai hasil adanya
variasi densitas air laut dan slope permukaan laut (Rampengan, 2009).
c. Kecerahan
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan
kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu.Pada
perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas
fotosintesa. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesis dan
produksi primerdalam suatu perairan. Berdasarkan pada data pengukuran di
lapangan, rata-rata kecerahan perairan baik itu pada waktu pasang maupun surut
selama penelitian tidak jauh berbeda berkisar antara 0,57 m - 1,22 m (Sari dan
Usman, 2012).
Tingkat
kecerahan dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan intensitas sinar matahari
yang masuk ke perairan.Sinar matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan jasad
hidup di perairan. Sinar matahari diperlukan oleh tumbuhan air untuk proses
asimilasi (Riyadi et al., 2005).
Kecerahan merupakan daya penetrasi
cahaya untuk menembus kedalaman laut. Apabila perairan keruh atau kecerahan air
rendah, maka penetrasi cahaya matahari akan berkurang akibat sebagian besar
dari cahaya matahari akan berkurang akibat sebagian besar cahaya tersebut
diserap oleh partikel-partikel melayang yang terdapat dalam kolam air. Cahay
matahari tersebut sangat dibutuhkan oleh biota-biota untuk fotosintesis.Oleh
karena itu, kecerahan air mmpunyai peranan penting untuk kehidupan biota
(Tarigan, 2009).
d. Pasang surut
Bagi dunia perikanan, terutama perikanan laut ataupun
usaha perikanan didaerah pantai, pengetahuan mengenai karakter pasang surut
merupakan hal yang penting.Untuk usaha penangkapan ikan dilaut pengetahuan
pasang surut diperlukan terutama untuk navigasi, karena kesalahan dalam
memperhitungkannya dapat berakibat fatal.Selain itu, beberapa jenis ikan
mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan erat dengan pasang surut.Pada
usaha perikanan pantai, misalkan pertambakan pasang surut dapat mendasari
rencana konstruksi dan sistem pengairan ditambak. Hal-hal tersebut sangat
mempengaruhi keberhasilan usaha tambak (Rahardjo dan Harpasis ,1983).
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang
selalu berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai
jauh masuk kearah hulu dari muara sungai.Pasang surut terjadi karena adanya
gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran
bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari.Gerakan tersebut
berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis edar dan periode yang
tertentu.Pengaruh dari benda angkasa yang lainnya sangat kecil dan tidak perlu
diperhitungkan (Rastihat, 2004).
Air pada bagian ujung pantai yang
berbatasan dengan lautan tidak pernahdiam pada suatu ketinggian yang tetap,
tetapi selalu bergerak naik dan turunsesuai dengan siklus pasang. Fenomena
pasang surut itu sendiri merupakan suatufenomena naik turunnya paras laut (sea-level)
secara berkala akibat gaya tarikbenda-benda angkasa, terutama oleh bulan
dan matahari . Peristiwa dari adanya pasang surut ini merupakan salah satu proses
sirkulasi air dilautan (Irma Hardiani, 2006).
e. Gelombang
Ada tiga energi yang
menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan olehangin, yaitu: lama
angin bertiup atau durasi angin, kecepatan angin, dan fetch. Semakin
lama angin bertiup pada permukaan perairan, maka semakin besar energi yang
akandihasilkan. Semakin besar energi gelombang akan menyebabkan pergerakan
(kecepatan)gelombangsemakin kencang atau cepat, sehingga gelombang ditimbulkan
semakin tinggi.Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih
besar. Sedangkan fetch,merupakan jarak tempuh gelombang dari awal
pembangkitannya. Semakin panjang jarakfetch, maka ketinggian gelombang
akan semakin besar (Samulano, 2012).
Gelombang
laut timbul akibat adanya gangguan dari luar terhadap sesuatu perairan.Gangguan
dari luar tersebut dapat berasal dari angin, gerakan kapal atau dari gempa
dibawah laut.Diantara semuanya penyebabnya ini, angin merupakan faktor
terpenting.Selain dapat menimbulkan gelombang, angin juga menyebabkan gelombang
menghempas secara terus-menerus. Angin dan faktor-faktor lain akan mempengaruhi
arah, besar maupun bentuk gelombang (Rahardjo dan Harpasis ,1983).
Kajian tentang karakteristik gelombang
yang memuat informasi variasi tinggi gelombangbulanan di perairan Indonesia
sangat diperlukan sebagai suatu acuan bagi kebutuhan masyarakat dan pemerintah
dalam melaksanakan kegiatan pelayaran, perdagangan, perikanan, serta penelitian
di wilayah perairan Indonesia (Roni Kurniawan et al, 2011).
4.4.2 Parameter Kimia
a.
pH
Gas karbon dioksida didalam
lingkungan laut memegang peranan penting
dalam pengaturan pH air laut. Dalam air laut karbon dioksida terdapat dalam
bentuk-bentuk, gas CO2 terlarut, asam karbonat, asam bikarbonat, dan
karbonat. Sistem kesetimbangan dari CO2 tersebut akan berubah jika ada
perubahan pH dari air laut (Rahardjo dan Harpasis ,1983).
Kebanyakan
dari biota airlebih menyukai pH yang netral atau pada kisaran 6 – 8,5. Daya
larut dan sifat toksik suatu logam dipengaruhi oleh pH, dan logam akan semakin
toksik dengan kisaran pH yang rendah. Keasaman pH akan menyebabkan logam-logam
larut dalam air (Hardiani, 2005).
Air
laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan
Ph. Perubahan pH sedikitsaja dari pH alami akan memberikan petunjuk
terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan
ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota
laut( Riyadiet al., 2005).
b. Salinitas
Seperti halnya dengan
suhu, perubahan salinitas akan menyebabkan berubahnya kondisi lingkungan hidup
ikan .perubahan tersebut meliputi perubahan densitas air, kecerahan air, daya
penyerapan radiasi matahari, perubahan penghantaran suara, serta perubahan daya hantar listrik. Beberapa
spesies ikan dapat hidup pada salinitas yang berbeda-beda, tetapi ada pula yang
hanya dapat hidup paa kisaran salinitas tertentu saja (Rahardjo dan Harpasis
,1983).
Salah satu di antara
besaran yang berperan penting dalam sistem ekologi laut adalah salinitas air
laut. Beberapa jenis organisme ada yang tahan dengan perubahan nilai salinitas
yang besar dan ada pula yang hanya menghendaki perubahan nilai salinitas kecil
saja. Perbedaan salinitas antara dua perairan dapat menyebabkan perbedaan yang
besar dari sistem ekologi kedua perairan tersebut, Peranan salinitas ini akan
menjadi penting misalnya dalam pembiakan dan pemeliharaan udang yang sekarang
ini sudah mulaiberkembang di Indonesia. Pengetahuan mengenai sifat udang
terhadap salinitas dan kemampuan mengatur nilai salinitas dari kolam pemeliharaan
udang tersebut dapat menentukan berhasil tidaknya usaha tersebut (dharma arief,
1984).
Menurut Robert (2005) dalam
Kusumah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas
di perairan ini adalah penyerapan panas (heat
flux), curah hujan (presipitation),
aliran sungai (flux) dan pola
sirkullasi arus. Perubahan pada suhu dan salinitas akan menaikkan atau
mengurangi densitas air laut di lapisan permukaan sehingga memicu terjadinya
konveksi ke lapisan bawah.
c.
DO
Oksigen adalah salah
satu unsur kimia yang sangat penting sebagai penunjung utama kehidupan berbagai
organisme. Oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi
dan menguraikan zat organic menjadi zat anorganik oleh mikroorganisme. Oksigen
terlarut dalam air berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis organisme
berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan untuk mengoksidasi zat
hara yang masuk kedalam tubuhnya ( Nybakker, 1988dalam Simanjuntak, 2007).
Selisih kadar oksigen yang terlarut rata-rata yang lebih
besar (0,41 ml/l) yang ditemukan di kedalaman 5m sampai kedalaman dekat dasar mengindikasikan penurunan kadar oksigen terlarut yang paling
tinggi dibandingkan dengan penurunan kadar oksigen terlarut pada kedalaman
lainnya. Fenomena ini sangat dipengrauhi
banyaknya biota laut (zooplankton) yang menggunakan oksigen terlarut untuk
respirasi serta kurang lancarnya proses difusi dari atmosfer dan proses
fotosintesis. Proses fotosintesis ini erat kaitannya dengan klorofil yang
diindikasikan sebagai jumlah fitoplankton (Simanjuntak,2007).
Oksigen merupakan
faktor penting bagi kehidupan makro dan mikro organisme perairan karena
diperlukan untuk proses pernafasan. Sumber oksigen terlarut di perairan dapat
berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas
fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Fluktuasi harian oksigen dapat
mempengaruhi parameter kimia yang lain, terutama pada saat kondisi tanpa
oksigen, yang dapat mengakibatkan perubahan sifat kelarutan beberapa unsur
kimia di perairan (Effendi, 2003dalamApridayanti, 2008).
V.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah
dilaksanakan, dapat di simpulkan bahwa :
·
Salinitas merupakan
tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut pada perairan.
·
Laut merupakan wilayah
terluas di bumi yang berperairan asin.
·
pH adalah kepekatan
ion-ion yang merupakan kadar konsentrasi ion hidrogen yang terlarut di dalam
perairan.
·
Suhu mempengaruhi
proses metabolisme tubuh suatu organisme, sehingga suhu mempengaruhi penyebaran
atau kepadatan organisme dalam suatu
zona maupun wilayah perairan.
·
Kecerahan merupakan
sejauh mana kemampuan cahaya yang masuk kedalam perairan, pengukuran tingkat
kecerahan sendiri dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan intensitas matahari
yang masuk ke perairan.
·
Arus merupakan
pergerakan massa air yang sangat luas secara vertikal dan horizontal dan
membawa massa air.
·
Gelombang juga disebut ombak atau alun, yang
biasanya terbentuk karena adanya perbedaan dari masa air dan masa udara yang
saling bersinggungan antara satu dengan lainya dengan kepadatan yang berbeda.
Selain itu gelombang terjadi karena berbagai macam faktor mulai dari alam
sampai kegiatan atau aktifitas manusia.
·
Zat garam yang terjadi
di laut merupakan hasil dari aktifitas dasar laut melalui peristiwa outgassing,
yaitu perembesan dari kulit bumi di dasar laut yang membentuk gas ke permukaan laut, selain itu pembentukan
garam juga karena di sebabkan oleh pelapukan batuan.
·
Oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen) merupakan produksi oksigen yang di hasilkan melalui proses fotosintesis serta difusi oksigen dari
atmosfer ke dalam perairan yang di sebut oksigen terlarut.
·
Pasang surut laut adalah kejadian pergerakan naik
turunya permukaan air laut secara berkala yang di sebabkan karena kombinasi
antara gaya gravitasi dan gaya tarik menarik benda-benda langit.
·
Data pengamatan
No.
|
Parameter
|
Hasil Pengamatan
|
|
1
|
Kecepatan
Arus (m/s)
|
0,08
|
|
2
|
Kecerahan
(cm)
|
345,84
|
|
3
|
Suhu
(°C)
|
30,67
|
|
4
|
Salinitas
(ppt)
|
33
|
|
5
|
pH
|
7,8
|
|
6
|
Gelombang
|
Tinggi
(cm)
|
12
|
Periode
(s)
|
1,46
|
||
7
|
Pasang
Surut (cm/jam)
|
10,78
|
|
8
|
DO
(mg/L)
|
6,82
|
5.2
Saran
Dari praktikum oseanografi yang telah dilaksanakan, perlu adanya perhatian
lebih terhadap keselamatan kelompok maupun individual. Misalnya saja, dalam
melaksanakan praktikum di laut lepas di mana perlu diperhatikan faktor
keselamatan kelompok pada saat berada di atas kapal, dan juga keselamatan
individudari segi kesehatan atau kesiapan fisik harus diperhatikan untuk
kelancaran pelaksanaan praktikum.Pada dasarnya saat pelaksanaan praktikum di
laut lepas banyak praktikan yang mengalami mabuk laut yang di sebabkan kondisi
fisik yang kurang baik.Selain itu perlu di perhatikan juga dalam penggunaan
alat-alat praktikum karena peralatan yang di gunakan mudah pecah dan rusak.