Thursday, March 27, 2014

Tugas Biologi Laut (Tipe-Tipe Pasang Surut)



Tugas Biologi Laut

1.       Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)

(googleimages, 2013)

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Tipe pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat Malaka sampai laut Andaman.
2.       Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)

(googleimages, 2013)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut dengan periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat Karimata.
3.       Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevelailing semidiurnal tide)

(googleimages, 2013)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan dan periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia Timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevelailing diurnal  tide)
Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat selat Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.


MAKALAH LIMNOLOGI PENGARUH SUHU TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam yang banyak dan beraneka ragam. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2, panjang garis pantai ± 95,181 km, dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.480 pulau. Kekayaan Indonesia berupa sumberdaya perikanan yang sangat luas menjadi modal dasar dalam pembangunan nasional sekaligus memiliki potensi yang sangat besar bagi pembangunan kelautan dan perikanan (Sudirman dan Karim, 2008).
Pembangunan Perikanan Budidaya adalah mewujudkan perikanan budidaya sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi andalan yang diwujudkan melalui system usaha budidaya yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan. Sektor perikanan sebagai bagian dari sumberdaya perairan merupakan penghasil protein hewani dalam hal ini adalah daging ikan, yang berperan penting dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein (Minggawati, 2006).
Ikan Mas merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan. Ikan Mas merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu ikan mas merupakan salah satu komoditi unggulan perikanan tawar karena sebagian besar masyarakat Indonesia menggemari ikan mas (Adliah, 2011). Usaha pembenihan ikan mas hingga saat ini telah berkembang pesat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu mata rantai usaha budidaya ikan adalah tersedianya benih yang mencukupi baik kuantitas maupun kualitas. Walaupun usaha pembenihan ikan khususnya ikan mas telah lama dilakukan, tetapi kebutuhan benih hingga saat ini masih belum mencukupi.
Menurut Kelabora (2010), salah satu kendala dalam usaha pembenihan yaitu tingkat kelangsungan hidup yang rendah dan pertumbuhan ikan yang relative lambat. Diperkirakan hanya sekitar 30–40% kelangsungan hidup larva ikan mas dapat dicapai setiap satu ekor induk yang dipijahkan. Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan suhu atau tidak stabilnya suhu, sehingga larva ikan menjadi stress dan mati. Selain itu, tidak stabilnya suhu juga mengakibatkan pertumbuhan larva ikan menjadi lambat. Hal ini disebabkan suhu sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme dan proses metabolisme akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan.
Perbedaan suhu air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan metabolisme. Kondisi ini dapat mengakibatkan sebagian besar energy yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan karena gangguan sistem percernaan.
Dalam rangka meningkatkan kelangsungan hidup dan mempercepat proses pertumbuhan larva ikan mas, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai suhu terbaik untuk kelangsungan hidup. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui akibat dari adanya perubahan suhu terhadap pertumbuhan dan kelangsung hidup larva ikan mas.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas ?
2.      Bagaimana pengaruh suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas ?
3.      Berapakah suhu yang optimum untuk kelangsungan hidup larva ikan mas ?

1.3  Tujuan
1.      Menjelaskan aspek yang harus diperhatikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas
2.      Menjelaskan akibat dari adanya perubahan suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas
3.      Menjelaskan stratifikasi suhu yang optimum dalam pemeliharaan larva ikan mas



1.4  Manfaat
1.      Mengetahui aspek yang harus diperhatikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas
2.      Mengetahui pengaruh yang disebabkan oleh adanya perubahan suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas
3.      Mengetahui stratifikasi suhu yang optimum dalam pemeliharaan larva ikan mas




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Ikan Mas
Jenis ikan mas merupakan salah satu komoditas dari sektor perikanan yang dapat dibudidayakan pada beberapa lahan yang memenuhi syarat tumbuhnya ikan mas. Pembudidayaan ikan mas di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatera dalam bentuk empang, maupun keramba terapung yang diletakkan di danau atau waduk besar. Habitat aslinya di alam meliputi sungai berarus tenang sampai sedang dan di area danau yang dangkal. Perairan yang disukai tentunya yang banyak menyediakan pakan alaminya (Adliah, 2011)
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan mas dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kingdom          : Animalia
Filum                : Chordata
Subfilum           : Pisces
Kelas                 : Teleostei
Ordo                 : Ostariophysi
Subordo            : Cyprinidea                                       
Subfamili          : Cyprininae                              
Famili                : Cyprinidae                                                   
Genus               : Cyprinus                                                       
Spesies              : Cyprinus carpio Linn           

Morfologi
Secara morfologi, ikan mas memiliki ciri-ciri bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan ke dalam tipe sisik sikloid dengan warna yang sangat beragam (Rochdianto 2005 dalam Mones 2008).
Ikan mas merupakan ikan air tawar yang memiliki sifat tenang, suka menempati perairan yang tidak terlalu bergolak dan senang bersembunyi di kedalaman. Ikan mas termasuk omnivora, biasanya memakan plankton. Larva ikan mas memakan invertebrata air seperti rotifer, copepoda dan kutu air. Kebiasaan makan ikan mas berubah-ubah dari hewan pemakan plankton menjadi pemakan dasar. Ikan mas yang sedang tumbuh memakan organisme bentik dan sedimen organik. Ikan mas jantan akan matang gonad pada umur dua tahun dan ikan mas betina pada umur tiga tahun. Ikan mas akan memijah pada suhu lingkungan berkisar antara 18-20 °C ( Ikenoue,1982 dalam Ariaty, 1991).

2.2 Kualitas Air untuk Pembesaran Ikan
Kualitas lingkungan perairan adalah suatu kelayakan lingkungan perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme air yang nilainya dinyatakan dalam suatu kisaran tertentu. Sementara itu, perairan ideal adalah perairan yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam menyelesaikan daur hidupnya (Boyd, 1982).
Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu, seperti kualitas air untuk air minum, pertanian dan perikanan, rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Sehingga menjadikan persyaratan kualitas air berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kualitas air: 1) Tingkat pemanfaatan dari penggunaan air; 2) Faktor kualitas alami sebelum dimanfaatkan; 3) Faktor yang menyebabkan kualitas air bervariasi; 4) Perubahan kualitas air secara alami; 5) Faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kualitas air; 6) Persyaratan kualitas air dalam penggunaan air; 7) Pengaruh perubahan dan keefektifan kriteria kualitas air; 8) Perkembangan teknologi.

2.3 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan parameter budidaya yang harus dicapai, karena pertumbuhan akan menentukan nilai produksi yang diharapkan. Menurut Effendi (1978) dalam Rudiyanti dan Ekasari (2009), pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai pertumbuhan bentuk ikan baik panjang dan berat sesuai dengan pertambahan waktu.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan

2.4 Suhu
Di Indonesia, suhu udara rata-rata pada siang hari di berbagai tempat berkisar antara 28,2 0C sampai 34,6 0C dan pada malam hari suhu berkisar antara 12,8 0C sampai 30 0C. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian tempat dari atas permukaan laut. Suhu air umumnya beberapa derajat lebih rendah dibanding suhu udara disekitarnya. Secara umum, suhu air di perairan Indonesia sangat mendukung bagi pengembangan budidaya perikanan (Cholik et. al, 1986).
Menurut Effendi (2003), suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak lintang tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolism.
Suhu dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan organisme perairan. Berbagai jenis udang memiliki suhu optimal tertentu untuk masing-masing spesiesnya suhu air hangat berkaitan dengan konsentrasi oksingen dalam air dan laju konsumsi oksigen hewan air. Suhu air berbanding terbalik dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut dan berbanding lurus  dengan laju oksigen hewan air serta laju kimia dalam air (Afriatna, 1998).
Ikan mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makannya. Menurut Cholik et. al (1986) bahwa kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat metabolisme dan kebutuhan oksigen organisme akan naik pula, hal ini sesuai dengan hukum Van’t Hoff yang menyatakan bahwa untuk setiap perubahan kimiawi, kecepatan reaksinya naik 2–3 kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10°C. Djajasewaka dan Djajadireja (1990) menyatakan bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25– 27OC. Suhu optimum seperti ini akan dicapai pada pagi dan sore hari. Menurut Wardoyo (1975) meskipun ikan dapat beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat tertentu kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian ikan. Cholik et. al (1986) menyebutkan bahwa perubahan drastis suhu sampai mencapai 5OC dapat menyebabkan stress pada ikan atau membunuhnya.
Ikan mas dapat tumbuh cepat pada suhu lingkungan berkisar antara 20-28 °C dan akan mengalami penurunan pertumbuhan bila suhu lingkungan lebih rendah. Pertumbuhan akan menurun dengan cepat di bawah suhu 13°C dan akan berhenti makan apabila suhu berada di bawah 5 °C (Huet 1970 dalam Ariaty 1991).

Stratifikasi Suhu
Menurut Ruttner (1965) dalam Arfiati (2009), distribusi cahaya pada air tergenang juga akan makin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini di sebabkan terbatasnya sinar matahari yang relatif dalam, sehingga pada ekosistem air tergenang terbentuk lapisan lapisan air yaitu: Epilimnion di bagian permukaan, Metalimnion di bagian tengah (Thermoklin), dan Hipolimnion di bagian yang terdalam
Ketebalan lapisan-lapisan tersebut tergantung pada tingkat kejernihan perairan. Makin jernih air, makin banyak cahaya yang dapat menembus perairan, sehingga suhu air makin hangat dan lapisan hipolimnion makin tipis. Jika wilayah perairan mendapat cahaya makin banyak, maka phytoplankton lebih mudah melakukan fotosintesis karena wilayah fotik makin luas.
Suhu tertinggi pada ekosistem perairan tergenang akan di peroleh di lapisan epilimnion karena lebih banyak menerima sinar matahari. Sehingga viscositas air lebih kecil dan fotosintesis terjadi lebih banyak. Difusi dari udara hanya terjadi di lapisan ini. Untuk peraitan selain di wilayah tropis, lapisan epilimnion dapat membeku pada musim dingin. Karena suhu udara yang akan mempengaruhi suhu permukaan air.
Lapisan metalimnion memiliki suhu missal dari 20o C di lapisan epilimnion, pada bagian lebih dalam terukur 10o C. Batas awal perbedaan suhu ini sebagai batas awal lapisan metalimnion. Lapisan ini masih meneriima matahari sehingga phytoplankton masih dapat melakukan proses fotosintesis. Viscositas air lebih tinggi daripada lapisan epilimnion, sehingga terjadi difusi oksigen dari lapisan epilimnion.
Di bawah lapisan metalimnion akan ditemukan suhu air lebih kecil dari         4o C. Lapisan ini mengalami difusi oksigen dari lapisan metalimnion karena ada perbedaan tekanan air oleh viscositas air. Tetapi karena terbatasnya  oksigen di lapisan metalimnion, maka difusi oksigen ini tidak terjadi. Hipolimnion merupakan bagian perairan gelap yang tidak menerima cahaya matahari sehingga tidak ditemukan phytoplankton di lapisan ini karena tidak dapat melakukan proses fotosintesis.
Lapisan- lapisan di perairan yang memiliki perbedaan suhu ini akan mempengaruhi pertumbuhan pada ikan yang dibudidayakan. Selain perbedaan pada tersedianya oksigen di perairan juga karena terbatasnya pakan alami berupa plankton untuk ikan.
2.5 Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Ikan
Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan.
Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Selanjutnya, densitas air dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di badan air penerima, saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan akibat sebagai berikut: 1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun; 2) Kecepatan reaksi kimia meningkat; 3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati.
Suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesa, sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton.
Pengaruh suhu secara tidak langsung dapat menentukan stratifikasi massa air, stratifikasi suhu di suatu perairan ditentukan oleh keadaan cuaca dan sifat setiap perairan seperti pergantian pemanasan dan pengadukan, pemasukan atau pengeluaran air, bentuk dan ukuran suatu perairan. Suhu air yang layak untuk budidaya ikan laut adalah 27–32 oC. Kenaikan suhu perairan juga menurunkan kelarutan oksigen dalam air, memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas ikan disamping akan menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organisme perairan (Brown dan Gratzek, 1980). Selanjutnya Kinne (1972) menyatakan bahwa suhu air berkisar antara 35 – 40 0C merupakan suhu kritis bagi kehidupan organisme yang dapat menyebabkan kematian. Perbedaan suhu air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan metabolisme. Kondisi ini dapat mengakibatkan sebagian besar energy yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan karena gangguan sistem percernaan. Suhu air mempunyai pengaruh besar terhadap pertukaran zat atau metabolisme mahkluk hidup di perairan. Oleh karena itu peningkatan suhu lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan tingginya mortalitas ikan (Asmawi, 1983)
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan, dan akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air atau yang biasa disebut dengan disolved oxygen (DO).
Temperatur juga sangat mempengaruhi laju pertumbuhan dari organisma air. Laju pertumbuhan Gammarous fasciatus yang muda (Crustacea) misalnya, akan berlangsung selama 3 minggu pada temperatur 15o C, sedangkan pada temperatur 24o C berlangsung hanya dalam 1 minggu saja. Kenaikan temperatur air dengan demikian akan berakibat pada percepatan masa perkembangan hewan sampai 3 kali lipat, sesuai dengan hukum VAN’T HOFFS. Selain itu, temperatur juga mempengaruhi masa hidup dari organisme air. Dari penelitian, terhadap Daphia magna, terbukti bahwa masa hidup hewan ini berkurang dari 110 hari pada temperatur 8o C menjadi 40 hari pada temperatur 18o C, bahkan semakin berkurang menjadi 25 hari pada temperatur 25o C. Selanjutya temperatur air memoengaruhi frenkuensi denyut jantung seperti dibuktikan pada D. pulex. Pada temperatur 9,5o C frekuensi denyut berkisar pamenda 170/menit dan meningkat menjadi 250/menit pada temperatur 15,5o C (Meijering, 1972 dalam Barus, 2002).
2.6 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas
Kelangsungan hidup dinyatakan sebagai persentase jumlah ikan yang hidup selama jangka waktu pemeliharaan dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar dan tingkat kelangsungan hidup merupakan kebalikan dari tingkat mortalitas. Data kelangsungan hidup dan pertambahan panjang larva ikan mas berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kelabora (2010) selama tiga puluh hari dengan 4 perlakuan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini .
Tabel 1: Kelangsungan Hidup dan Pertambahan Panjang Larva Ikan Mas
Perlakuan
Pertambahan Panjang
Kelangsungan Hidup
Pertambahan
Panjang Ikan (cm)
Panjang hari ke-
Pengamatan hari ke-
0
30
0
30
A
B
C
D
0.30
0.30
0.30
0.30
2.07
2.40
2.37
2.03
100
100
100
100
58,67
65,33
62,67
50,00
1,77
2,10
2,07
1,73

Keterangan: A= 26 oC  B= 28 oC  C= 30 oC  D= 32 oC
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup sangat dipengaruhi oleh suhu air. Berdasarkan hasil di atas, berarti perlakuan B (suhu 28OC) merupakan suhu terbaik, karena selain memberikan pertumbuhan berat dan panjang tertinggi juga memberikan tingkat kelangsungan hidup tertinggi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa suhu media pemeliharaan memberikan tingkat pertambahan panjang terhadap larva ikan mas, karena suhu erat dengan proses metabolisme sehingga pertumbuhan ikan akan semakin cepat. Sesuai pendapat Cholik et. al (1986) bahwa kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat metabolisme. Namun kenaikan suhu yang semakin tinggi akan menurunkian pertumbuhan, karena selera makan ikan mempunyai suhu yang optimal. Menurut Djajasewaka dan Djajadireja (1990) menyatakan bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25–27°C.
Berdasarkan hasil penelitian dengan memperhatikan pertambahan panjang larva ikan mas pada masingmasing perlakuan hingga pada akhir pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan B (suhu 28 oC) merupakan perlakuan yang tertinggi pertumbuhannya dan merupakan suhu yang sesuai untuk larva ikan mas.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.      Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai pertumbuhan bentuk ikan baik panjang dan berat sesuai dengan pertambahan waktu, sedangkan kelangsungan hidup dinyatakan sebagai persentase jumlah ikan yang hidup selama jangka waktu pemeliharaan dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar
2.      Suhu dapat mempengaruhi pernapasan, pertumbuhan serta reproduksi, suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera  makan ikan.
3.      Perubahan suhu dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat, mengganggu sistem pencernaan dan pertumbuhan ikan
4.      Perubahan suhu yang drastis dapat menyebabkan ikan stress dan menimbulkan kematian
5.      Suhu 28 oC merupakan suhu yang optimal untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas.

3.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam usaha pembenihan ikan maka perlu diperhatikan kualitas lingkungan baik fisika maupun kimia. Selain itu, para pembudidaya ikan perlu memperhatikan manajemen pemeliharaan ikan (kolam pemeliharaan maupun pakan) dengan baik, karena hal ini sangat mempengaruhi kesehatan ikan. Selain suhu, banyak faktor yang juga mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan. Disarankan juga diadakan penelitian lanjutan dengan jumlah ikan dan jenis ikan yang lebih banyak agar bisa diperoleh data mengenai kisaran nilai normal terhadap pengaruh perubahan suhu pada ikan.





DAFTAR PUSTAKA


Adliah, Nudiyal. 2011. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Perspektif Laporan Keuangan (Studi Kasus pada Usaha Limbung Mas Indah, Kelurahan Kalebajeng, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa). Skripsi. FIKP. Universitas Hasanuddin.

Afriatna, Eddy dan Eviliawaty. 1998. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanisius: Yogyakarta.
Arfiati, Diana. 2009. Strategi Peningkatan Kualitas Sumberdaya pada Ekosistem Perairan Tawar. FPIK- Universitas Brawijaya : Malang
Ariaty L. 1991. Morfologi Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio), Nila Merah (Orechromis sp) dan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dari Sukabumi. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan IPB.
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia: Jakarta
Barus, Ternala Alexander. 2002. Pengantar Limnologi. Kanisius: Yogyakarta
Boyd, C.E., 1982. Water Quality in Warm water Fish Ponds. Auburn. University. Alabama. USA.
Cholik. F., Artati dan R.Arifudin., 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS Manual seri nomor 26. Dirjen Perikanan. Jakarta. 52 hal.
Djajasewaka dan Djajadiredja R. 1990. Budidaya Ikan di Indonesia. Cara Pengembangannya. Badan Litbang Pertanian. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Jakarta. 48 hal.
Effendie. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jogjakarta
Kelabora, Dominggas M. 2010. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (cyprinus carpio). Jurnal Perikanan Terubuk. Vol 38 No.1. ISSN 0126-6265
Minggawati, Infa. 2006. Pengaruh Padat Penebaran yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Gift (Oreochromis sp) yang Dipelihara dalam Baskom Plastic Effect of Different Density of the GIFT Tilapia (Oreochromis sp) that Reared in Plastic Buckets on Its Growth Rate. Journal of Tropical Fisheries 1(2): 119-125
Mones, R. Adelbert. 2008. Gambaran Darah Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn) Strain Majalaya Yang Berasal Dari Daerah Ciampea Bogor. Skripsi. FKH. IPB: Bogor
Rudiyanti, Siti. Astri Diana Ekasari. 2009. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 5 No.1:39-47

Saanin. H., 1994. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid IV. Bina Cipta. Bandung. 256 hal.
Sudirman, H dan M. Yusri Karim. 2008. Ikan Kerapu (Biologi Eksploitasi Manajemen dan Budidayanya). Yasrif Watampone. Jakarta.

Wednesday, March 26, 2014

Aku, Tuhanku, dan Aku

Aku, Tuhanku, dan Aku

by : Retno Wulandari

Senja berlalu 15 menit lalu, tak lagi membiru langit bumiini. Gelap, seketika semnjak mentari memutuskan untuk terbenam dan mungkin akankembali esok hari.  Setelah 12 jamkuhabiskan tanpa apa pun kecuali pemulihan dari keadaan ini. Kali ini tak mauaku menyentuh apa pun kecuali benda yang mengerti akan passion dan sesuaidengan naluriku.
            Helaian kertas tebal, bersampul memerah, misterius, danlengkap dengan segurat rembulan yang memendar. Menyita waktuku malam ini hinggatak memedulikan apa pun yang tengah terjadi. Tak terassa bulir bening mengalirmembekukan tubuh. Sesak bercampur haru menyelimuti dingin malam ini. Takberakhir juga perdebatan antara diriku dengan diriku. Imajinasiku semakin liarmenyita waktu sambil menyentuh karya familiar Tere Liye.
            Karya ini membukakan akan kisah masa lalu seorang gadiskecil.  Bukan hanya sebagian tapi seluruhbagian hidup yang ia mengerti dan sebagian yang tak ia mengerti. Ray memiliki 5pertanyaan hidup yang tak ia mengerti, sama halnya dengan Rey memiliki beberapa  pertanyaan hidup yang tak ia mengerti. 20tahun lebih 16 hari dia memijakkan kakinya dibumi ini dengan beribu-ribupertanyaan. Sama seperti halya Ray.
            Ketidaksingkronan antara harapan dan kenyataan terkadangmembuat manusia membenci, mengutuk bahkan menghina takdir ini. “ Apakah ini yang namanya keadilan? MengapaDia selalu menolak harapan kehidupan orang-orang baik? Tapi, justru Iamengiyakan segala kehendak orang-orang yang berniat jahat?” sedikitstatment Ray, yang tak beda jauh dengan pernyataan Rey.
            Masih teringat sekali 3 tahun silam seorang Rey yangmemiliki berjuta-juta impian emas. Sesosok gadis kecil yang memiliki sekianneuron untuk mewujudkan semua mimpi yang mendarah daging dalam rutinitasnya.Wajar saja jika ia memiliki beribu mimpi yang membuatnya membabi buta untukmewujudkan itu semua. Diri dan lingkungannya yang membuat ia tak pantangmenyerh dan berambisi untuk menciptakan kenyataan atas mimpi-mimpi itu.  Sah-sah saja jika setiap manusia memilikimimpi-mimpi terbaik dalam hidupnya, dan justru itulah yang terbaik dalamkehidupan. Apakah Rey salah memiliki mimpi-mimpi? TIDAK sama sekali. Karena ituadalah sebuah hak setiap individu yang terlahirr di muka bumi ini. Lalu apayang menyebabkan itu ganjal dalam kehidupan ini. ? yang menjadi sesuatu halyang ganjal adalah ketika dia tak mampu memposisikan diri untuk mencapai mimpiitu.
            Ray sangat membenci panti asuhan yang ia tempati selama16 tahun, karena penjaga panti itu seing memukuli Ray dan bertindak kerasterhadapnya. Hingga akhirnya ia meninggalkan panti asuhan itu dengan kebencianyang tak terhingga. Sedangkan Rey membenci orang-orang yang menghina dirinyadan keluarganya karena kekurangan ekonomi yang ia miliki. Penghinaan ini yangmemaksanya untuk membenci segala hal yang membuat ia rendah dimata dunia ini.
            Ray mulai memiliki kenyamanan setelah ia meninggalkanpanti asuhan yang dia kutuk itu. Meskipun hanya beratapkan langit kelam dengansedikit pijaran lampu kota yang redup. Namun ia tentram apalagi jika rembulantersenyum memerah di malam ini. Kenyamanan itu hadir lebih saat ia mulaimengenal dunia perjudian. Kemenangan itu membuat nya bermbisi untuk melakukanhal itu tiap malam. Bahkan dalam ribuan detik hanya malam yang ia harapkan. Namun,sekejap malam menikam dan membuat dadanya terasa sesak saat kebeuntungan takmemihak padanya. Yah... bahwa malam tak berpihak padanya. Dia kalah dalmperjudian.
            Dari sudut ini, Rey memiliki sedikit kenyataan hidup yanghampir sama. Namun, berbeda konteks. Rey terlahir dengan berjuta-juta targetdalam kehidupannya. Dia nyaman dengan angka 1 yang hadir setiap akhir semester.Karena itulah titik nyaman dia menjalani hidup dibangku sekolah. Tapi apakahitu sudah cukup? Mungkin belum. Namun, kembali lagi sepeerti Ray yang hampirbosan atas kehidupannya. Rey yang selalu membiarkan angan-angannya terbangbersama upaya-upaya yang ia lakukan. Namun terhentikan seketika, dia harus mengurungdiri disudut kama kecil. Karena mimpi nya diakhir masa SMP tak menjadi hadiahterakhir mengakhiri masa-masa itu.
            Ray dalam cerita dan Rey dalam dunia nyata sama-samaprotes terhadap kehendak-Nya. Lagi-lagi mengeluh pada kenyataan. “ Apakah ini yang namanya keadilan? MengapaDia selalu menolak harapan kehidupan orang-orang baik? Tapi, justru Iamengiyakan segala kehendak orang-orang yang berniat jahat?”.
            Banyak harapan, mimpi dan asa Rey yang tak menjadikenyataan. Diantaranya, kegagalan untuk mendaftarkan diri di SMA harapan dia. Kegagalanuntuk mempertahankan angka sau pada akhir semster. Kegagalannya untukmendapatkan beasiswa bangku kuliah dengan program study yang ia harapkan “Sastra Inggris” ya itulah mimpinya. Karena ia memiliki mimpi untuk merantau kenegara sebrang. Kegagalan-kegagalan yang lain yang ia alami.
            Ya lagi-lagi ia harus terdiam dan membenci dirinyasendiri. Konflik antara Rey dan  hati Raytak bisa terpungkiri. Dia memiliki beribu alasan untuk menyalahkan takdirTuhan. Fikirnya saat itu. “ Apakah iniyang namanya keadilan? Mengapa Dia selalu menolak harapan kehidupan orang-orangbaik? Tapi, justru Ia mengiyakan segala kehendak orang-orang yang berniat jahat?”
            Ray pernah berfikir dan pernah melakukan hal buruk dalamhidupnya sebagai ungkapan pelampiasan atas takdir hidupnya. Namun Rey memilihdiam dan menangis tertegun untuk membebaskannya dari kekecewaan itu.
            Wajar saja Ray berlarut dalam kecewa itu bahkan membuatia tak mampu menerima dirinya. Karena ia hanya memiliki satu rembulan yangmampu menyenangkan hatinya. Berbeda dengan Rey dia memiliki sekian banyakrembulan untuk memantulkan cahaya itu. Maka, sudah seharusnya ia bersyukur akanhal itu.
            Ray tak pernah menerima kehadiran dirinya dalam dimensiwaktu. Ia hanya menyalahkan, mengutuk dan membenci langit. Bahkan ia tersadarsaat 5 hari sebelum hari terakhir pembekalan untuk menuju perjalanan panjang.
            Syukurlah Rey tak senasib dengan Ray. Lewat tangan-tanganciptaan-Nya Rey mulai tersadar meskipun terkadang dia lengah. Lewat amanah yangIa berikan untuk menjadi pemimpin maka Rey dipertemukan dengan sosok-sosokhamba-Nya yang bijaksana. Keikhlasan, keyakinan, dan ekspresi diri terhadapTuhan Ia ajarkan. Ia ajarkan untuk tertunduk di 1/3 malam. 1/3 malam menjaditempat berkeluhnya. Sampai, akhirnya Rey mampu terlelap jauh menggapai mimpihingg saat ini meski belum seluruhnya.
            “ Belajarlah untuk memataskan diri dan berdamai dengandirimu sendiri, maka akan kau capai ketentraman itu” sebuah inti Kata-kata yang trucap dari sosok yang tak dekat Rey kenal. Namun Rey mengetahui dan mengenalnya.Kata-kata itu tak bisa Rey artikan dalam sekjap. Meskipun sosok orang itu telah mengartikan dan menjelaskan dengn seribbu bahasa. Namun Rey hanya mengangguk seolah Rey menegrti padahal sedikit pun Rey belum mengerti. Lewat tulisan “RembulanTenggelam di wajahmu” disertai bukti-bukti nyata akan kehidupan yang telah berlalu, Rey pun memahami hakikat“Memantaskan Diri dan Berdamai dengan Diri”. Saatitulah, Rey memualai melunakkan diri untuk membuka akan hidup ini.

Malang, 23 Maret 2014