Wednesday, March 26, 2014

Aku, Tuhanku, dan Aku

Aku, Tuhanku, dan Aku

by : Retno Wulandari

Senja berlalu 15 menit lalu, tak lagi membiru langit bumiini. Gelap, seketika semnjak mentari memutuskan untuk terbenam dan mungkin akankembali esok hari.  Setelah 12 jamkuhabiskan tanpa apa pun kecuali pemulihan dari keadaan ini. Kali ini tak mauaku menyentuh apa pun kecuali benda yang mengerti akan passion dan sesuaidengan naluriku.
            Helaian kertas tebal, bersampul memerah, misterius, danlengkap dengan segurat rembulan yang memendar. Menyita waktuku malam ini hinggatak memedulikan apa pun yang tengah terjadi. Tak terassa bulir bening mengalirmembekukan tubuh. Sesak bercampur haru menyelimuti dingin malam ini. Takberakhir juga perdebatan antara diriku dengan diriku. Imajinasiku semakin liarmenyita waktu sambil menyentuh karya familiar Tere Liye.
            Karya ini membukakan akan kisah masa lalu seorang gadiskecil.  Bukan hanya sebagian tapi seluruhbagian hidup yang ia mengerti dan sebagian yang tak ia mengerti. Ray memiliki 5pertanyaan hidup yang tak ia mengerti, sama halnya dengan Rey memiliki beberapa  pertanyaan hidup yang tak ia mengerti. 20tahun lebih 16 hari dia memijakkan kakinya dibumi ini dengan beribu-ribupertanyaan. Sama seperti halya Ray.
            Ketidaksingkronan antara harapan dan kenyataan terkadangmembuat manusia membenci, mengutuk bahkan menghina takdir ini. “ Apakah ini yang namanya keadilan? MengapaDia selalu menolak harapan kehidupan orang-orang baik? Tapi, justru Iamengiyakan segala kehendak orang-orang yang berniat jahat?” sedikitstatment Ray, yang tak beda jauh dengan pernyataan Rey.
            Masih teringat sekali 3 tahun silam seorang Rey yangmemiliki berjuta-juta impian emas. Sesosok gadis kecil yang memiliki sekianneuron untuk mewujudkan semua mimpi yang mendarah daging dalam rutinitasnya.Wajar saja jika ia memiliki beribu mimpi yang membuatnya membabi buta untukmewujudkan itu semua. Diri dan lingkungannya yang membuat ia tak pantangmenyerh dan berambisi untuk menciptakan kenyataan atas mimpi-mimpi itu.  Sah-sah saja jika setiap manusia memilikimimpi-mimpi terbaik dalam hidupnya, dan justru itulah yang terbaik dalamkehidupan. Apakah Rey salah memiliki mimpi-mimpi? TIDAK sama sekali. Karena ituadalah sebuah hak setiap individu yang terlahirr di muka bumi ini. Lalu apayang menyebabkan itu ganjal dalam kehidupan ini. ? yang menjadi sesuatu halyang ganjal adalah ketika dia tak mampu memposisikan diri untuk mencapai mimpiitu.
            Ray sangat membenci panti asuhan yang ia tempati selama16 tahun, karena penjaga panti itu seing memukuli Ray dan bertindak kerasterhadapnya. Hingga akhirnya ia meninggalkan panti asuhan itu dengan kebencianyang tak terhingga. Sedangkan Rey membenci orang-orang yang menghina dirinyadan keluarganya karena kekurangan ekonomi yang ia miliki. Penghinaan ini yangmemaksanya untuk membenci segala hal yang membuat ia rendah dimata dunia ini.
            Ray mulai memiliki kenyamanan setelah ia meninggalkanpanti asuhan yang dia kutuk itu. Meskipun hanya beratapkan langit kelam dengansedikit pijaran lampu kota yang redup. Namun ia tentram apalagi jika rembulantersenyum memerah di malam ini. Kenyamanan itu hadir lebih saat ia mulaimengenal dunia perjudian. Kemenangan itu membuat nya bermbisi untuk melakukanhal itu tiap malam. Bahkan dalam ribuan detik hanya malam yang ia harapkan. Namun,sekejap malam menikam dan membuat dadanya terasa sesak saat kebeuntungan takmemihak padanya. Yah... bahwa malam tak berpihak padanya. Dia kalah dalmperjudian.
            Dari sudut ini, Rey memiliki sedikit kenyataan hidup yanghampir sama. Namun, berbeda konteks. Rey terlahir dengan berjuta-juta targetdalam kehidupannya. Dia nyaman dengan angka 1 yang hadir setiap akhir semester.Karena itulah titik nyaman dia menjalani hidup dibangku sekolah. Tapi apakahitu sudah cukup? Mungkin belum. Namun, kembali lagi sepeerti Ray yang hampirbosan atas kehidupannya. Rey yang selalu membiarkan angan-angannya terbangbersama upaya-upaya yang ia lakukan. Namun terhentikan seketika, dia harus mengurungdiri disudut kama kecil. Karena mimpi nya diakhir masa SMP tak menjadi hadiahterakhir mengakhiri masa-masa itu.
            Ray dalam cerita dan Rey dalam dunia nyata sama-samaprotes terhadap kehendak-Nya. Lagi-lagi mengeluh pada kenyataan. “ Apakah ini yang namanya keadilan? MengapaDia selalu menolak harapan kehidupan orang-orang baik? Tapi, justru Iamengiyakan segala kehendak orang-orang yang berniat jahat?”.
            Banyak harapan, mimpi dan asa Rey yang tak menjadikenyataan. Diantaranya, kegagalan untuk mendaftarkan diri di SMA harapan dia. Kegagalanuntuk mempertahankan angka sau pada akhir semster. Kegagalannya untukmendapatkan beasiswa bangku kuliah dengan program study yang ia harapkan “Sastra Inggris” ya itulah mimpinya. Karena ia memiliki mimpi untuk merantau kenegara sebrang. Kegagalan-kegagalan yang lain yang ia alami.
            Ya lagi-lagi ia harus terdiam dan membenci dirinyasendiri. Konflik antara Rey dan  hati Raytak bisa terpungkiri. Dia memiliki beribu alasan untuk menyalahkan takdirTuhan. Fikirnya saat itu. “ Apakah iniyang namanya keadilan? Mengapa Dia selalu menolak harapan kehidupan orang-orangbaik? Tapi, justru Ia mengiyakan segala kehendak orang-orang yang berniat jahat?”
            Ray pernah berfikir dan pernah melakukan hal buruk dalamhidupnya sebagai ungkapan pelampiasan atas takdir hidupnya. Namun Rey memilihdiam dan menangis tertegun untuk membebaskannya dari kekecewaan itu.
            Wajar saja Ray berlarut dalam kecewa itu bahkan membuatia tak mampu menerima dirinya. Karena ia hanya memiliki satu rembulan yangmampu menyenangkan hatinya. Berbeda dengan Rey dia memiliki sekian banyakrembulan untuk memantulkan cahaya itu. Maka, sudah seharusnya ia bersyukur akanhal itu.
            Ray tak pernah menerima kehadiran dirinya dalam dimensiwaktu. Ia hanya menyalahkan, mengutuk dan membenci langit. Bahkan ia tersadarsaat 5 hari sebelum hari terakhir pembekalan untuk menuju perjalanan panjang.
            Syukurlah Rey tak senasib dengan Ray. Lewat tangan-tanganciptaan-Nya Rey mulai tersadar meskipun terkadang dia lengah. Lewat amanah yangIa berikan untuk menjadi pemimpin maka Rey dipertemukan dengan sosok-sosokhamba-Nya yang bijaksana. Keikhlasan, keyakinan, dan ekspresi diri terhadapTuhan Ia ajarkan. Ia ajarkan untuk tertunduk di 1/3 malam. 1/3 malam menjaditempat berkeluhnya. Sampai, akhirnya Rey mampu terlelap jauh menggapai mimpihingg saat ini meski belum seluruhnya.
            “ Belajarlah untuk memataskan diri dan berdamai dengandirimu sendiri, maka akan kau capai ketentraman itu” sebuah inti Kata-kata yang trucap dari sosok yang tak dekat Rey kenal. Namun Rey mengetahui dan mengenalnya.Kata-kata itu tak bisa Rey artikan dalam sekjap. Meskipun sosok orang itu telah mengartikan dan menjelaskan dengn seribbu bahasa. Namun Rey hanya mengangguk seolah Rey menegrti padahal sedikit pun Rey belum mengerti. Lewat tulisan “RembulanTenggelam di wajahmu” disertai bukti-bukti nyata akan kehidupan yang telah berlalu, Rey pun memahami hakikat“Memantaskan Diri dan Berdamai dengan Diri”. Saatitulah, Rey memualai melunakkan diri untuk membuka akan hidup ini.

Malang, 23 Maret 2014


No comments:

Post a Comment